Langsung ke konten utama

A Mensch

Malam hari kemarin, tepat di jam 22.00. Bus yang aku pesan tujuan Lampung - Jakarta berangkat dari stasiun Tanjung Karang, Bandar Lampung.

Biasanya perjalanan hanya memakan waktu 6-7 jam saja. Tapi hari ini, Aku tiba di Jakarta tepat pukul 10.16. 12 Jam perjalanan yang luar biasa.

Tapi aku percaya, perjalanan ini telat atas izin Allah, macet di tol itu pun atas izin Allah, bahkan bertemu dengan seorang driver yang ternyata salah satu petinggi bank Jepang di Indonesia pun, itu atas takdir Allah.

Ya Allaah.
Perjalanan panjang ini, engkau berikan untuk mengajarkan hambaMu ini memaknai lagi ayat-ayat mu.
لتعلموا ان الله على كل شئ قدير..

Selama di dalam mobil. Bapak itu bercerita, tentang bagaimana Allah Sebegitu apik nya mengatur takdir, mengejutkan layak nya mimpi. Tapi seperti itulah أفعال الله..
Tidak sama dengan افعال العباد..

"Boleh saya bercerita mba?"
"Awal dulu saya kerja di bank itu. Bukan karena nilai IELTS saya tinggi, bukan karena saya lulusan luar negeri, tapi karena saya menolong orang mba."

Subhanallah..
Maka kuasa Allah.
ان تنصر الله ينصركم ويثبت أقدامكم..
Benarlah janji Allah.

Aku masih menyimak pembicaraan bapak tersebut. 
"Dulu saya lulusan STM Jawa, Mba. Nilai pas-pasan, skill juga gitu-gitu aja. Tapi saya itu selalu yakin, kalo saya tolong orang dengan tulus dan ikhlas, Allah akan tolong saya."

"Malam itu ada sebuah mobil kecelakaan, rusak yang lumayan. Tapi alhamdulillah penumpang nya yang berjumlah 5 orang, semua nya selamat. Gak lama, saya lihat ada seseorang melambaikan tangan dari dalam mobil, dia bilang minta tolong antarkan ke bandara karena pesawat nya sebentar lagi take off. Alhamdulillah Meskipun mobil rusak, tapi penumpang nya gak apa-apa mba, cuma luka-luka ringan aja."

"Saya antarkan mba, terus bapak itu kasi saya uang, saya tolak. Karena niat saya bener-bener ingin tolong. Terkahir bapak itu minta no telp sya, saya kasih lah."

"3 bulan berlalu, saya juga gak pernah inget-inget lagi kejadian malam itu. Tiba-tiba ada yang telpon, dari bank Jepang. Mereka minta saya kesana. Saya bilang, saya gak ada utang ke bank itu. Terus pihak sana bilang. Bapak gak ada hutang pak, cuma ada yang ingin bertemu bapak di bank itu."

"Sesampai nya saya di Bank Jepang itu, saya langsung ketemu orang yang pernah saya tlong itu mba. Dia nunduk sampe selutut, sambil bilang 'Arigato' berkali-kali."

"Bapak itu bilang, Okey, kemarin kamu menolak uang saya, tapi kali ini tolong jangan tolak permintaan saya. Kamu silahkan bekerja disini."

"Kaya mimpi rasa nya mba, saya lulusan kampus daerah, jangankan bahasa jepang, bahasa inggris aja saya cuma tau 'how are you'."

"Akhirnya saya di sekolahin lagi di Jepang, dan saya akhirnya bekerja dengan orang-orang lulusan kampus ternama di Indonesia."

"Itu kuasa Allah mba. Bukan karena saya pinter, bukan karena saya hebat. Tapi karena baik nya Allah sama saya."

Percakapan itu di akhiri dengan senyuman bapak tersebut. Lega. Seluruh anak nya bisa menyelesaikan studi nya dengan baik, dan akhirnya ia mengambil pensiun dini.

Aku teringat salah satu tulisan The Guy of Kawasaki ketika membahas tentang A Mensch. 

" A mensch helps people who can't necessarily helps them back."
Which mean, helping others with zero expectation. 

Ya Allaah.
Maafkan kami yang selalu mengandalkan teknis, tapi miskin akan keyakinan terhadap kuasaMu.

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Jangan takut terhadap masa depan.
Banyak mohon pertolongan kepada Allah, dan percaya. Takdir Allah itu selalu baik

Jika seorang ibu berjuang mati-matian unuuk anaknya. Maka Rabbul aalaamin, cinta Nya kepada kita jauh lebih luas dari pada cinta seorang ibu kepada anaknya.

Lantas masihkah kita khawatir tentang hari esok? Sedangkan penjamin kita adalah yang memiliki langit dan bumi beserta seluruh isi nya?

 Semoga Allah senantiasa tambah yakin kita terhadap nya, seiring berjalan nya waktu. Semoga Allah tolong dan Allah mampukan kita melewati ujian atas apa yang kita telah sampaikan. 
وفقنا الله لما يحب ويرضاه.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Unshakable Bond: How Musab ibn Umair’s Loyalty Teaches Us About Faith and Trust

  إن أنت أكرمت الكريم ملكته وإن أكرمت اللئيم تمردا " A courtesy lent to an upright person wins you his favor forever but a lowly soul will only demand more." - Al Mutanabbi -  I begin with a quote from the poet al-Mutanabbi. I first heard these words from my teacher, who spoke about the importance of loyalty. For a long time, I didn't really think much about this idea. We live in a world where ignorance often seems to be the norm, and where money is so important that true loyalty feels rare and difficult to find. This made me start to wonder about the real meaning of loyalty. Why should a Thoolibul ilm (The seeker of the knowledge) live by this principle? What are the rewards of being loyal, both in this world and the next? Why does Islam emphasize loyalty so much, as seen in the concepts of  al-wala'  (loyalty and allegiance) and  al-bara'  (disavowal and dissociation)? Let me share the inspiring story of Musab ibn Umair, one of the Prophet Muhammad’s...

The Endgame

Pagi ini, Aku mengunjungi salah satu guru ku di tempat biasa beliau mengajar. Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan dengan beliau.  Lalu setelah itu, semua masih berjalan normal. Aku bertemu dengan salah satu peserta tahsin, obrolan singkat, saling sapa, dan kemudian kami saling menuju tujuan masing-masing. Di dalam catatan kegiatanku hari ini, aku akan pergi ke salah satu café terdekat, untuk kemudian menuliskan beberapa planning kedepan.  Tepat di depan toko bitter-sweet, di pertigaan jalan, Aku berusaha belok ke kanan, tiba-tiba motor dari arah kiri, menabrak kendaraanku, sedikit drama tabrakan, dan akhirnya aku terjatuh.  Saat itu waktu terasa pelan, aku bahkan masih mengingat setiap gerakan slowmotion tabrakan tadi. Di posisi yang saat itu sempat terjepit, Aku tidak sempat memikirkan apapun, kecuali berharap beban diatas badanku segera diangkat. Aku berdoa kepada Allah, agar semuanya baik-baik saja.  Kaget. Itu kesan pertama nya.  Semua rasa sakit belu...

Woman's purpose

Setelah mengalami proses memaknai tujuan hidup akhir-akhir ini. Mencari-cari identitas diri, proses percaya dan ragu dengan langkah yang diambil. Tentang tujuan dari sebuah keputusan.  Maka stelah taufik Allah, Allah ajarkan Aku sebuah kesimpulan.  Tujuan besarnya seorang wanita adalah menjadi seorang ibu.  Tujuan besar seorang wanita adalah menjadi seorang istri. Sadari potensi terbesar kita masuk surga nya Allaah. Melalui dua jalur ini. Lantas apalagi yang kita dambakan? Selain menjadi sebaik-baiknya istri dan seorang ibu. Apakah ilmu kita sudah mumpuni untuk ke arah sana? Sesukses apapun karir kita sebagai seorang perempuan. Tetaplah, yang terbaik adlaah menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Melahirkan dan mendidik generasi yang takut kepada Allah, yang memperjuangkan agama Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.  Tapi kebanyakan kita silau dengan pencapaian-pencapaian dunia yang melalaikan. Sedangkan untuk hal yang prioritas, apa kita sudah mempersiapkan pernik...