Langsung ke konten utama

The Endgame

Pagi ini, Aku mengunjungi salah satu guru ku di tempat biasa beliau mengajar. Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan dengan beliau. 

Lalu setelah itu, semua masih berjalan normal. Aku bertemu dengan salah satu peserta tahsin, obrolan singkat, saling sapa, dan kemudian kami saling menuju tujuan masing-masing.

Di dalam catatan kegiatanku hari ini, aku akan pergi ke salah satu café terdekat, untuk kemudian menuliskan beberapa planning kedepan. 

Tepat di depan toko bitter-sweet, di pertigaan jalan, Aku berusaha belok ke kanan, tiba-tiba motor dari arah kiri, menabrak kendaraanku, sedikit drama tabrakan, dan akhirnya aku terjatuh. 

Saat itu waktu terasa pelan, aku bahkan masih mengingat setiap gerakan slowmotion tabrakan tadi. Di posisi yang saat itu sempat terjepit, Aku tidak sempat memikirkan apapun, kecuali berharap beban diatas badanku segera diangkat. Aku berdoa kepada Allah, agar semuanya baik-baik saja. 

Kaget. Itu kesan pertama nya. 
Semua rasa sakit belum terdeteksi, hanya rasa pasrah dan harap Allah akan selamatkan.

Beberapa detik kemudian, Aku merasa beban dikepala mulai terangkat, ternyata ada orang-orang baik yang mengangkat motor yang menimpa tubuhku. 

Pusing.
Kaget.
Bersyukur. 
Allah masih berikan kesempatan kepadaku untuk bernafas. Alhamdulillah. 

Beberapa pembicaraan dari warga, masih terdengar samar.
Aku melihat sosok bapak-bapak ojek online dengan jaket kuning menghampiri, 
"Mba gak apa-apa?"

Aku baru tersadar.
Aku belum mengecek kondisiku, Apakah ada luka? Apakah ada lecet? Lebam? Gesekan? Kulit memar?

Subhanallah.
Tidak ada sedikitpun luka, hanya sedikit nyeri dan kaget. Di kondisi yang seharus nya luka sudah di mana-mana, justru sebaliknya Allah selamatkan tubuhku, Allah tunjukkan keajaiban nya tepat dihadapanku. 
No injuries at all.
Ma syaa Allaah.. 

Diwaktu yang sama, justru bapak yang menabrak kendaraanku luka di bagian tangan nya, tapi bersyukur, penumpang wanita yang duduk di belakang bapak itu tidak terluka sama sekali.

Aku mencoba sedikit countback kejadian tadi.
Why?
Kenapa bisa terjadi kecelakaan?
Di sepersekian detik?
Apakah Aku kurang fokus? Apakah ada yang Aku pikirkan saat berkendara tadi?

Here I got the answer.
I'm too thinker about tomorrow, I'm about to write down my plan, my next 5 moves, evaluate my grand-design. By stopping to one café in Kemang, I'd like to write all of that. I'd like to break down the common things in my brain.

But again, Just like Allah speaking to me, advising me, calming me down

"Itu semua kuasa Allah, hak nya Allah, tentang hari ini, tentang masa depan, tentang akhir dari semua perjalanan hidup manusia." 

Itu semua sudah tertulis.
Semudah Allah alihkan tujuanku ke café untuk menulis semua planing, justru Allah arahkanku menuju rumah dan merenungi cara Allah menggariskan keputusan di kehidupan hamba-hamba Nya.

As that easy to Allah. To change everything, to move everything. 
Benar. Memang harus saling mengingatkan untuk bisa bertahan. 

Lagi, Aku merasa semesta berbisik. 
"Don't worry!" 
Allah with us.
لا تحزن إن الله معنا.. 

Tidak ada yang salah dalam menuliskan rencana kehidupan. Yang keliru, adalah ketika kita tidak menyertakan Allaah di setiap langkah rencana kita. Yang gagal, adalah ketika kita meninggalkan Allah dalam mengeksekusi mimpi-mimpi kita.

Which the purpose of Allah creating the human being in this world is :
لتعلموا أن الله على كل شيئ قدير..
لعبادته.. 
To know our god.
To know who order us to pray.
To know who gives a breath 
To know who helps us, raising from crashed.

I thanks Allah for this really precious moments. May Allah gives us his love, may Allah loves us, may Allah gives us the knowledge about him.

وفقنا الله لما يحب ويرضاه.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Unshakable Bond: How Musab ibn Umair’s Loyalty Teaches Us About Faith and Trust

  إن أنت أكرمت الكريم ملكته وإن أكرمت اللئيم تمردا " A courtesy lent to an upright person wins you his favor forever but a lowly soul will only demand more." - Al Mutanabbi -  I begin with a quote from the poet al-Mutanabbi. I first heard these words from my teacher, who spoke about the importance of loyalty. For a long time, I didn't really think much about this idea. We live in a world where ignorance often seems to be the norm, and where money is so important that true loyalty feels rare and difficult to find. This made me start to wonder about the real meaning of loyalty. Why should a Thoolibul ilm (The seeker of the knowledge) live by this principle? What are the rewards of being loyal, both in this world and the next? Why does Islam emphasize loyalty so much, as seen in the concepts of  al-wala'  (loyalty and allegiance) and  al-bara'  (disavowal and dissociation)? Let me share the inspiring story of Musab ibn Umair, one of the Prophet Muhammad’s...

Woman's purpose

Setelah mengalami proses memaknai tujuan hidup akhir-akhir ini. Mencari-cari identitas diri, proses percaya dan ragu dengan langkah yang diambil. Tentang tujuan dari sebuah keputusan.  Maka stelah taufik Allah, Allah ajarkan Aku sebuah kesimpulan.  Tujuan besarnya seorang wanita adalah menjadi seorang ibu.  Tujuan besar seorang wanita adalah menjadi seorang istri. Sadari potensi terbesar kita masuk surga nya Allaah. Melalui dua jalur ini. Lantas apalagi yang kita dambakan? Selain menjadi sebaik-baiknya istri dan seorang ibu. Apakah ilmu kita sudah mumpuni untuk ke arah sana? Sesukses apapun karir kita sebagai seorang perempuan. Tetaplah, yang terbaik adlaah menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Melahirkan dan mendidik generasi yang takut kepada Allah, yang memperjuangkan agama Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.  Tapi kebanyakan kita silau dengan pencapaian-pencapaian dunia yang melalaikan. Sedangkan untuk hal yang prioritas, apa kita sudah mempersiapkan pernik...