أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Jika manusia saja butuh pembuktian terhadap cinta yang di ucapkan, lantas bagaimana pengakuan cinta kita terhadap Allah?
Bukankah Allah sampaikan :
إن أشد البلاء الأنبياء والصالحين
Orang yang paling berat cobaan nya adalah para nabi juga orang-orang shoolih.
Bukankah itu karena Allah ingin menguji cinta dalam hati mereka?
Tidak ada pembuktian cinta yang murah, seringkali itu bersimbah darah perjuangan.
Bagaimana Sumayyah membuktikan cinta nya kepada Allah dengan jaminan nyawa?
Bukankah Salman Alfaarisi meninggalkan tahta, dunia, dan harta nya untuk membuktikan rasa cinta nya?
Bukankah penduduk madinah, ketika mengumumkan bahwa mereka menerima Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhijrah, itu sebagai mosi angkat panji siap diserang oleh pihak-pihak yang membenci Rasulullah, dan terbukti di tahun ke-2 Hijriah terjadi perang.?
Lantas mana cinta kita?
Kita masih sering menikmati malam, melewatkan waktu bersama Allah, mengikuti hawa nafsu.
Itu kah cinta?
Bukankah cinta perlu pembuktian?
Maka salah satu cara membuktikan cinta adalah keridhaan terhadap seluruh takdir Allah.
الشكر والصبر.
Semua pencinta pasti kelelahan, berjuang untuk sosok yang dia cintai.
Semua pencinta itu totalitas, tidak setengah-setengah, bahkan jika lelah, akan terus dia lakukan upaya untuk hal yang ia cintai.
Lantas sudahkah kita benar-benar jujur mencintai Allah? Atau itu sekedar lip service tanpa makna?
Semoga Allah jaga keikhlasan kita, Allah bantu kita menjadi sosok pencinta yang jujur, menjadi hamba yang taqwa.
Semoga setipa perjuangan, rasa lelah, jenuh, sakit, yang dialami pejuang cinta, Allah berikan tempat terbaik Nya di dunia dan di akhirat.
وفقنا الله لما يحب ويرضاه.
اللهم سلم سلم
Komentar
Posting Komentar