Langsung ke konten utama

Tentang Cinta



أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Jika manusia saja butuh pembuktian terhadap cinta yang di ucapkan, lantas bagaimana pengakuan cinta kita terhadap Allah?

Bukankah Allah sampaikan :
إن أشد البلاء الأنبياء والصالحين 

Orang yang paling berat cobaan nya adalah para nabi juga orang-orang shoolih. 

Bukankah itu karena Allah ingin menguji cinta dalam hati mereka? 

Tidak ada pembuktian cinta yang murah, seringkali itu bersimbah darah perjuangan. 

Bagaimana Sumayyah membuktikan cinta nya kepada Allah dengan jaminan nyawa? 

Bukankah Salman Alfaarisi meninggalkan tahta, dunia, dan harta nya untuk membuktikan rasa cinta nya? 

Bukankah penduduk madinah, ketika mengumumkan bahwa mereka menerima Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhijrah, itu sebagai mosi angkat panji siap diserang oleh pihak-pihak yang membenci Rasulullah, dan terbukti di tahun ke-2 Hijriah terjadi perang.? 

Lantas mana cinta kita? 
Kita masih sering menikmati malam, melewatkan waktu bersama Allah, mengikuti hawa nafsu. 

Itu kah cinta? 
Bukankah cinta perlu pembuktian? 

Maka salah satu cara membuktikan cinta adalah keridhaan terhadap seluruh takdir Allah. 
الشكر والصبر.

Semua pencinta pasti kelelahan, berjuang untuk sosok yang dia cintai.

Semua pencinta itu totalitas, tidak setengah-setengah, bahkan jika lelah, akan terus dia lakukan upaya untuk hal yang ia cintai. 

Lantas sudahkah kita benar-benar jujur mencintai Allah? Atau itu sekedar lip service tanpa makna? 

Semoga Allah jaga keikhlasan kita, Allah bantu kita menjadi sosok pencinta yang jujur, menjadi hamba yang taqwa. 

Semoga setipa perjuangan, rasa lelah, jenuh, sakit, yang dialami pejuang cinta, Allah berikan tempat terbaik Nya di dunia dan di akhirat. 

وفقنا الله لما يحب ويرضاه. 
اللهم سلم سلم

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Unshakable Bond: How Musab ibn Umair’s Loyalty Teaches Us About Faith and Trust

  إن أنت أكرمت الكريم ملكته وإن أكرمت اللئيم تمردا " A courtesy lent to an upright person wins you his favor forever but a lowly soul will only demand more." - Al Mutanabbi -  I begin with a quote from the poet al-Mutanabbi. I first heard these words from my teacher, who spoke about the importance of loyalty. For a long time, I didn't really think much about this idea. We live in a world where ignorance often seems to be the norm, and where money is so important that true loyalty feels rare and difficult to find. This made me start to wonder about the real meaning of loyalty. Why should a Thoolibul ilm (The seeker of the knowledge) live by this principle? What are the rewards of being loyal, both in this world and the next? Why does Islam emphasize loyalty so much, as seen in the concepts of  al-wala'  (loyalty and allegiance) and  al-bara'  (disavowal and dissociation)? Let me share the inspiring story of Musab ibn Umair, one of the Prophet Muhammad’s...

The Endgame

Pagi ini, Aku mengunjungi salah satu guru ku di tempat biasa beliau mengajar. Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan dengan beliau.  Lalu setelah itu, semua masih berjalan normal. Aku bertemu dengan salah satu peserta tahsin, obrolan singkat, saling sapa, dan kemudian kami saling menuju tujuan masing-masing. Di dalam catatan kegiatanku hari ini, aku akan pergi ke salah satu café terdekat, untuk kemudian menuliskan beberapa planning kedepan.  Tepat di depan toko bitter-sweet, di pertigaan jalan, Aku berusaha belok ke kanan, tiba-tiba motor dari arah kiri, menabrak kendaraanku, sedikit drama tabrakan, dan akhirnya aku terjatuh.  Saat itu waktu terasa pelan, aku bahkan masih mengingat setiap gerakan slowmotion tabrakan tadi. Di posisi yang saat itu sempat terjepit, Aku tidak sempat memikirkan apapun, kecuali berharap beban diatas badanku segera diangkat. Aku berdoa kepada Allah, agar semuanya baik-baik saja.  Kaget. Itu kesan pertama nya.  Semua rasa sakit belu...

Woman's purpose

Setelah mengalami proses memaknai tujuan hidup akhir-akhir ini. Mencari-cari identitas diri, proses percaya dan ragu dengan langkah yang diambil. Tentang tujuan dari sebuah keputusan.  Maka stelah taufik Allah, Allah ajarkan Aku sebuah kesimpulan.  Tujuan besarnya seorang wanita adalah menjadi seorang ibu.  Tujuan besar seorang wanita adalah menjadi seorang istri. Sadari potensi terbesar kita masuk surga nya Allaah. Melalui dua jalur ini. Lantas apalagi yang kita dambakan? Selain menjadi sebaik-baiknya istri dan seorang ibu. Apakah ilmu kita sudah mumpuni untuk ke arah sana? Sesukses apapun karir kita sebagai seorang perempuan. Tetaplah, yang terbaik adlaah menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Melahirkan dan mendidik generasi yang takut kepada Allah, yang memperjuangkan agama Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.  Tapi kebanyakan kita silau dengan pencapaian-pencapaian dunia yang melalaikan. Sedangkan untuk hal yang prioritas, apa kita sudah mempersiapkan pernik...