Langsung ke konten utama

Standar nya Si "Melankolis"

Beberapa hari yang lalu ketika sedang kumpul dengan teman-teman, ada pembahasan tentang standarisasi nya si "Melankolis".

Orang dengan karakter melankolis, cenderung memiliki standar diatas orang pada umum nya, standar mereka tinggi, seringkali berbenturan dengan karakter-karakter sanguinis dan juga plegmatis. 

Ini point ujian untuk si "Melankolis", ini point yang seringkali menjadi fitnah untuk diri mereka.

Bagaimana kemudian mereka seringkali menaruh standar ini untuk orang lain, berharap orang lain mengambil sikap yang sama dengan mereka.

Ketika membahas ini, kita mengingat kisah Umar -radhiyallahu anhu-, beliau sosok melankolis yang justru dengan ke-melankolisan nya beliau bersikap rohiiiim kepada orang lain, beliau tidak pernah menaruh standar tinggi itu untuk orang lain, bahkan beliau mentolerir orang lain, beliau banyak memaklumi orang lain.

قل كل يعمل على شاكلته..
Allah...
Ini berat banget,
Ternyata menyampaikan teori jauh lebih mudah daripada mengamalkan nya.
Jungkir balik sudah, melatih diri untuk tidak menaruh  standar tinggi untuk orang lain. 

Bahkan seringkali ungkapan-ungkapan, 
"Gue aja bisa, lo?" 
" Kenapa sih, susah banget lo ngerjain soal nahwu, padahal gue ngerjain nya cuma 3 menit."

Dan ungkapan-ungkapan lain yang kita seringkali lalai, bahwa :
قل كل يعمل على شاكلته.. 

Kita lupa, bahwa kita bisa melakukan hal tersebut, karena Allah izinkan. Bukan karena kita mampu. 
Kita lupa, bahwa kita bisa seperti sekarang, karena baik nya Allah sama kita.

Kita lupa, bahwa Allah kasih kita kecerdasan, bukan untuk menekan orang lain, bukan untuk dijadikan ajang kesombongan. 
Allah kasih kita taufik untuk bisa melakukan A B C D, Allah mampukan kita untuk bisa mencetak serangkaian prestasi, itu bukan untuk dibandingkan dengan kemampuan dan kondisi orang lain..

Imam Addaarimi -rahimahullahu- dalam kitab Sunan nya menyampaikan :

اعقلوا فإن العقل نعمة.
"Berakal lah kalian, karena sesungguhnya akal itu nikmat."

Kecerdasan itu nikmat, kegeniusan itu nikmat.
Tapi, berapa kali kita mensyukuri nikmat tersebut?
Bahkan seringkali, kita sombong dengan pemberian Allah. 
لئن شكرتم لأزيدنكم.
ولئن كفرتم، إن عذابي لشديد..

Hati-hati, nikmat yang tidak disyukuri bisa bermetamorfosis menjadi azab.

Selamat belajar.
Belajar praktek itu gak mudah.
Selalu minta bantuan dan taufik Allah.
Doa sebanyak-banyaknya, agar Allah didik kita dengan pendidikan terbaik nya.

اللهم علمنا حكمة وعلمنا تأويل.
Semoga Allah berkahi kita semua.

وفقنا الله لما يحب ويرضاه.
اللهم سلم سلم.

(seri belajar amal)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Unshakable Bond: How Musab ibn Umair’s Loyalty Teaches Us About Faith and Trust

  إن أنت أكرمت الكريم ملكته وإن أكرمت اللئيم تمردا " A courtesy lent to an upright person wins you his favor forever but a lowly soul will only demand more." - Al Mutanabbi -  I begin with a quote from the poet al-Mutanabbi. I first heard these words from my teacher, who spoke about the importance of loyalty. For a long time, I didn't really think much about this idea. We live in a world where ignorance often seems to be the norm, and where money is so important that true loyalty feels rare and difficult to find. This made me start to wonder about the real meaning of loyalty. Why should a Thoolibul ilm (The seeker of the knowledge) live by this principle? What are the rewards of being loyal, both in this world and the next? Why does Islam emphasize loyalty so much, as seen in the concepts of  al-wala'  (loyalty and allegiance) and  al-bara'  (disavowal and dissociation)? Let me share the inspiring story of Musab ibn Umair, one of the Prophet Muhammad’s...

The Endgame

Pagi ini, Aku mengunjungi salah satu guru ku di tempat biasa beliau mengajar. Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan dengan beliau.  Lalu setelah itu, semua masih berjalan normal. Aku bertemu dengan salah satu peserta tahsin, obrolan singkat, saling sapa, dan kemudian kami saling menuju tujuan masing-masing. Di dalam catatan kegiatanku hari ini, aku akan pergi ke salah satu café terdekat, untuk kemudian menuliskan beberapa planning kedepan.  Tepat di depan toko bitter-sweet, di pertigaan jalan, Aku berusaha belok ke kanan, tiba-tiba motor dari arah kiri, menabrak kendaraanku, sedikit drama tabrakan, dan akhirnya aku terjatuh.  Saat itu waktu terasa pelan, aku bahkan masih mengingat setiap gerakan slowmotion tabrakan tadi. Di posisi yang saat itu sempat terjepit, Aku tidak sempat memikirkan apapun, kecuali berharap beban diatas badanku segera diangkat. Aku berdoa kepada Allah, agar semuanya baik-baik saja.  Kaget. Itu kesan pertama nya.  Semua rasa sakit belu...

Woman's purpose

Setelah mengalami proses memaknai tujuan hidup akhir-akhir ini. Mencari-cari identitas diri, proses percaya dan ragu dengan langkah yang diambil. Tentang tujuan dari sebuah keputusan.  Maka stelah taufik Allah, Allah ajarkan Aku sebuah kesimpulan.  Tujuan besarnya seorang wanita adalah menjadi seorang ibu.  Tujuan besar seorang wanita adalah menjadi seorang istri. Sadari potensi terbesar kita masuk surga nya Allaah. Melalui dua jalur ini. Lantas apalagi yang kita dambakan? Selain menjadi sebaik-baiknya istri dan seorang ibu. Apakah ilmu kita sudah mumpuni untuk ke arah sana? Sesukses apapun karir kita sebagai seorang perempuan. Tetaplah, yang terbaik adlaah menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Melahirkan dan mendidik generasi yang takut kepada Allah, yang memperjuangkan agama Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.  Tapi kebanyakan kita silau dengan pencapaian-pencapaian dunia yang melalaikan. Sedangkan untuk hal yang prioritas, apa kita sudah mempersiapkan pernik...