Setelah selesai kelas,
Ada salah satu senior, beliau - hafidzahallahu - adalah orang yang ana cintai karena Allah, ana banyak belajar dari beliau tentang keteladanan, tentang kesabaran dan kejujuran.
Semoga Allah jaga beliau, dan Allah istiqomahkan beliau dalam kebaikan.
Meskipun senior, tapi beliau tidak pernah men-junirokan junior nya, ketika menasihati, terasa nasihat itu mendinginkan hati, padahal untuk bisa mencintai koreksi dari orang lain, itu gak mudah.
Sore itu kami sedang perjalanan menuju kelas selanjutnya, lantas di perjalanan tersebut beliau bercerita kisah nya bisa sampai di tempat kami belajar.
Lantas beliau berkata :
" Devi, ana merasa masih kurang baik untuk berada di tengah-tengah ustadzuna, ana merasa ana belum maksimal dengan kesempatan-kesempatan yang Allah kasih, ana merasa kurang totalitas."
Ya Allaah..
Padahal selama ana berkenalan dengan beliau,
لا ارى منها الا خير..
" Ana tidak melihat sesuatu kecuali kebaikan dalam diri nya."
Ana melihat beliau sangat-sangat berusaha untuk totalitas dalam pekerjaan nya, dalam tugas-tugas nya, bahkan untuk beberapa hal, ana justru banyak termotivasi dari beliau, setelah taufik Allah.
Ana teringat perkataan nya Imam Syafi'i - rahimahullahu -.
أحب الصالحين ولست منهم.
" Aku mencintai orang-orang solih, dan aku bukan dari orang-orang sholih."
Siapa yang gak kenal Imam Syafi'i?
Imam muwaffaq. Sosok yang dijadikan teladan, bahkan disebut sebagai mujaddid di ashr beliau.
Beliau - نفعنا بعلومه - saja bisa berkata demikian, lantas siapa kita?
Bukankah data sejarah sudah mencatat, bahwa semakin besar jiwa seseorang, semakin ia tidak ingin disebut besar? Semakin ia merendah?
من كره اشتهر فقد اشتهر.
" Barang siapa yang membenci kepopuleran, maka ia akan populer."
Ya Allaah.
Ini pelajaran besar untuk ana.
Pelajaran untuk mendidik hati, untuk selalu di cek, di perhatikan, di latih.
Bukankah disampaikan oleh Rasulullah - shallallahu alaihi wa sallam - :
أذا صلح، صلح الجسد كله،
وإذا فسد، فسد الجسد كله
الا... وهي القلب.
Semoga, ini menjadi pengingat untuk kita semua, untuk terus mohon kepada Allah, agar Allah bantu kita meruntuhkan tughyan-tughyan (kesombongan) dalam diri kita.
ويقال ;
للعلم طغيان كما للمال طغيان..
"Ilmu itu punya arogansi, sebagaimana harta memiliki arogansi."
Bahwa semakin berilmu seseorang, semakin rentan ia untuk arogan.
Maka, mohon pertolongan Allah, mohon bantuan Allah.
Semoga Allah jaga kita dari sifat sombong.
Semoga Allah kumpulkan kita bersama orang-orang soolih,
اللهم إنا نسألك حبك وحب من بحبك وعمل الذي يبلغنا الى حبك..
وفقنا الله لما يحب ويرضاه.
ويجعلنا من المخلصين الصادقين..
اللهم سلم سلم..
Komentar
Posting Komentar