Langsung ke konten utama

Arogansi Ilmu

Setelah selesai kelas,
Ada salah satu senior, beliau - hafidzahallahu - adalah orang yang ana cintai karena Allah, ana banyak belajar dari beliau tentang keteladanan, tentang kesabaran dan kejujuran. 
Semoga Allah jaga beliau, dan Allah istiqomahkan beliau dalam kebaikan. 

Meskipun senior, tapi beliau tidak pernah men-junirokan junior nya, ketika menasihati, terasa nasihat itu mendinginkan hati, padahal untuk bisa mencintai koreksi dari orang lain, itu gak mudah.

Sore itu kami sedang perjalanan menuju kelas selanjutnya, lantas di perjalanan tersebut beliau bercerita kisah nya bisa sampai di tempat kami belajar.

Lantas beliau berkata :
" Devi, ana merasa masih kurang baik untuk berada di tengah-tengah ustadzuna, ana merasa ana belum maksimal dengan kesempatan-kesempatan yang Allah kasih, ana merasa kurang totalitas."

Ya Allaah..
Padahal selama ana berkenalan dengan beliau, 
لا ارى منها الا خير.. 
" Ana tidak melihat sesuatu kecuali kebaikan dalam diri nya."

Ana melihat beliau sangat-sangat berusaha untuk totalitas dalam pekerjaan nya, dalam tugas-tugas nya, bahkan untuk beberapa hal, ana justru banyak termotivasi dari beliau, setelah taufik Allah. 

Ana teringat perkataan nya Imam Syafi'i - rahimahullahu -.

أحب الصالحين ولست منهم.
" Aku mencintai orang-orang solih, dan aku bukan dari orang-orang sholih."

Siapa yang gak kenal Imam Syafi'i?
Imam muwaffaq. Sosok yang dijadikan teladan, bahkan disebut sebagai mujaddid di ashr beliau.

Beliau - نفعنا بعلومه - saja bisa berkata demikian, lantas siapa kita?

Bukankah data sejarah sudah mencatat, bahwa semakin besar jiwa seseorang, semakin ia tidak ingin disebut besar? Semakin ia merendah?

من كره اشتهر فقد اشتهر.
" Barang siapa yang membenci kepopuleran, maka ia akan populer."

Ya Allaah.
Ini pelajaran besar untuk ana.
Pelajaran untuk mendidik hati, untuk selalu di cek, di perhatikan, di latih.

Bukankah disampaikan oleh Rasulullah - shallallahu alaihi wa sallam - :

أذا صلح، صلح الجسد كله،
وإذا فسد، فسد الجسد كله
الا... وهي القلب.

Semoga, ini menjadi pengingat untuk kita semua, untuk terus mohon kepada Allah, agar Allah bantu kita meruntuhkan tughyan-tughyan (kesombongan) dalam diri kita.

ويقال ;
للعلم طغيان كما للمال طغيان..
"Ilmu itu punya arogansi, sebagaimana harta memiliki arogansi."

Bahwa semakin berilmu seseorang, semakin rentan ia untuk arogan.
Maka, mohon pertolongan Allah, mohon bantuan Allah.
Semoga Allah jaga kita dari sifat sombong. 
Semoga Allah kumpulkan kita bersama orang-orang soolih, 

اللهم إنا نسألك حبك وحب من بحبك وعمل الذي يبلغنا الى حبك.. 

وفقنا الله لما يحب ويرضاه.
ويجعلنا من المخلصين الصادقين..
اللهم سلم سلم..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Unshakable Bond: How Musab ibn Umair’s Loyalty Teaches Us About Faith and Trust

  إن أنت أكرمت الكريم ملكته وإن أكرمت اللئيم تمردا " A courtesy lent to an upright person wins you his favor forever but a lowly soul will only demand more." - Al Mutanabbi -  I begin with a quote from the poet al-Mutanabbi. I first heard these words from my teacher, who spoke about the importance of loyalty. For a long time, I didn't really think much about this idea. We live in a world where ignorance often seems to be the norm, and where money is so important that true loyalty feels rare and difficult to find. This made me start to wonder about the real meaning of loyalty. Why should a Thoolibul ilm (The seeker of the knowledge) live by this principle? What are the rewards of being loyal, both in this world and the next? Why does Islam emphasize loyalty so much, as seen in the concepts of  al-wala'  (loyalty and allegiance) and  al-bara'  (disavowal and dissociation)? Let me share the inspiring story of Musab ibn Umair, one of the Prophet Muhammad’s...

The Endgame

Pagi ini, Aku mengunjungi salah satu guru ku di tempat biasa beliau mengajar. Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan dengan beliau.  Lalu setelah itu, semua masih berjalan normal. Aku bertemu dengan salah satu peserta tahsin, obrolan singkat, saling sapa, dan kemudian kami saling menuju tujuan masing-masing. Di dalam catatan kegiatanku hari ini, aku akan pergi ke salah satu café terdekat, untuk kemudian menuliskan beberapa planning kedepan.  Tepat di depan toko bitter-sweet, di pertigaan jalan, Aku berusaha belok ke kanan, tiba-tiba motor dari arah kiri, menabrak kendaraanku, sedikit drama tabrakan, dan akhirnya aku terjatuh.  Saat itu waktu terasa pelan, aku bahkan masih mengingat setiap gerakan slowmotion tabrakan tadi. Di posisi yang saat itu sempat terjepit, Aku tidak sempat memikirkan apapun, kecuali berharap beban diatas badanku segera diangkat. Aku berdoa kepada Allah, agar semuanya baik-baik saja.  Kaget. Itu kesan pertama nya.  Semua rasa sakit belu...

Woman's purpose

Setelah mengalami proses memaknai tujuan hidup akhir-akhir ini. Mencari-cari identitas diri, proses percaya dan ragu dengan langkah yang diambil. Tentang tujuan dari sebuah keputusan.  Maka stelah taufik Allah, Allah ajarkan Aku sebuah kesimpulan.  Tujuan besarnya seorang wanita adalah menjadi seorang ibu.  Tujuan besar seorang wanita adalah menjadi seorang istri. Sadari potensi terbesar kita masuk surga nya Allaah. Melalui dua jalur ini. Lantas apalagi yang kita dambakan? Selain menjadi sebaik-baiknya istri dan seorang ibu. Apakah ilmu kita sudah mumpuni untuk ke arah sana? Sesukses apapun karir kita sebagai seorang perempuan. Tetaplah, yang terbaik adlaah menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Melahirkan dan mendidik generasi yang takut kepada Allah, yang memperjuangkan agama Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.  Tapi kebanyakan kita silau dengan pencapaian-pencapaian dunia yang melalaikan. Sedangkan untuk hal yang prioritas, apa kita sudah mempersiapkan pernik...