What's next
Dalam satu riwayat, ini adalah pertanyaan yang selalu diucapkan oleh Umar ibn Abdul Aziz selepas beliau menuntaskan sebuah pekerjaan.
Ini mental dari mana?
Kalo bukan karena taufik dari Allah dan pertolongan Allah, mungkin beliau pun akan tumbang.
اللهم أعني على ذكرك و شكرك وحسن عبادتك...
Semoga Allah mudahkan lisan kita untuk senantiasa mengucapkan doa ini dengan tulus.
Seakan energy beliau tidak pernah habis dengan beragam kegiatan dan rutinitas. Sebagai pemimpin, suami, penuntut ilmu, dan yang terpenting sebagai hamba Allah.
Semua kita pasti akan sampai pada titik capek, bahkan yang terlihat nyaman sekalipun, ada momentum capek yang gak bisa dihindari.
Yang scrolling social media akan capek dengan hidangan-hidangan flexing orang lain.
Yang rebahan akan capek dengan kebosanan yang pelan-pelan masuk.
Yang belajar akan capek dengan otak yang terus bekerja.
Yang bekerja pun akan capek dengan energi yang terus terkuras.
Tapi semua rasa lelah itu berakhir dengan dua pertanyaan :
- Lelah mu untuk apa?
- Capek mu untuk siapa?
عن أبي بَرْزَةَ نَضْلَةَ بن عبيد الأسلمي -رضي الله عنه- مرفوعاً: «لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَومَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ فِيهِ؟ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ؟ وفِيمَ أَنْفَقَهُ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ؟».
(HR. Tirmidzi)
Semua kita akan ditanya tentang 4 hal ketika kita mati nanti.
1. Umur : untuk apa dihabiskan
2. Ilmu : untuk apa di gunakan
3. Harta : untuk apa di pakai
4. Anggota tubuh : untuk kemaksiatan kah atau justru ketaatan.
Bukankah setiap kita akan ditanya dengan 4 hal ini? Lantas bagaimana pertanggungjawaban kita di hadapan Allah?
Apa hujjah kita nanti?
Bukankah seharus nya, ketika kita percaya kepada Allah, maka kita harus semakin khawatir dengan waktu luang? Dengan kenyamanan? Dengan kekosongan?
Bukankah yang saat ini sedang Allah berikan rasa lelah dalam belajar akan dihadapkan dengan momentun 'tidak bersyukur?' momentum 'mengeluh' ? Momentum patah dan mundur?
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
(QS : Ibrahim 7)
Kalo kita bersyukur in syaa Allaah, Allah akan tambah.
Tambah kekuatan kita.
Tambah keyakinan kita.
Tambah kenikmatan bersama ilmu.
Tambah keberkahan dalam hidup.
Tapi kalo kita kufur.
Hati-hati.
Allah sampaikan, bahwa azab Allah itu sangat pedih.
Ini momentum rentan bagi kita untuk tidak bersyukur.
Kita perlu saling menguatkan sesama tholibul ilm, saling menjaga satu sama lain, saling support.
Semoga dengan ini, Allah bantu kita untuk menghadapi ujian-ujian di level lain nya.
Ini buka hal yang mudah.
Tapi bukankah semua itu dimulai dari baby step?
Dan setiap baby step itu butuh 'keyakinan' tingkat tinggi sama Allah.
That's what we called "imaaan".
Ternyata ini praktek dari ilmu
إن تصدق الله يصدقك
Yang sering ustadzuna - hafidzahullahu - gaungkan di setiap sesi kajian.
Sebuah narasi percaya, sebuah step kecil yang berefek domino.
It must be started soon.
Keep moving forward!!!
Semoga Allah bantu dan Allah tolong.
Terakhir, semoga pesan Ibnul Qoyyim - rahimahullahu-, bisa menjadi wasilah kita untuk terus bergerak dalam kebaikan.
شعاره الصبر
وراحته التعب..
وفقنا الله لما يحب ويرضاه.
اللهم سلم سلم.
Komentar
Posting Komentar