Langsung ke konten utama

Sharing Room, Learn together.

Perjalanan ini di mulai ketika kita sama-sama lulus dari kampus.
Latar belakang kita sangat-sangat beda, mulai dari kebiasaan, karakter, budaya, sampe alasan pindah ke Rumah Qur'an pun beda. 

Tapi kok bisa?
Awal nya berat, untuk bisa berbagi ruang untuk ukuran anak introvert yang sebelumnya selalu tinggal sendiri di kosan.

Tapi layar kapal sudah terlanjur berangkat. 
Kami percaya, bahwa Allah tidak akan pernha membuat sesuatu itu sia-sia 
ربنا ما خلقت هذا باطلا.. 

Disisi lain, kami pun berupaya mengimani kalam Allah. 
عسى أن تكره شيئا فهو خير لكم.. 

Bismillah. 
"Semoga Allah mampukan kita yaa, yan."
In syaa Allaah kita upayakan belajar dan bertumbuh bersama diruangan ini. 

Lalu, apakah syaithan akan bersantai-santai melihat hamba Allah berjalan menuju kebaikan? Itu mimpi buruk nya.

Kapal kami berlayar, menghadapi baru karang, gelombang laut, terik matahari, badai, dan masih banyak lagi lika-liku eksternal ataupun internal. 

Tapi secara garis besar. 
Perjalanan sharing room ini adalah perjalanan mengenal Allah, perjalanan mengenal diri sendiri, perjalanan mendidik hati, perjalanan menundukkan ego, perjalanan menyadari, bahwa sharing Room ini adalah salah satu rencana Allah sebagai miniatur dari sebuah pernikahan. 

Alhamdulillah, 
Suatu hal yang Aku syukuri, Aku bisa belajar kehidupan ini juga dengan teman yang sama-sama belajar dan mau menjadi lebih baik. 
Manusia tidak ada yang sempurna, kan?
Ini akan jadi reminder untuk Aku terutama di masa depan. 

Semoga bermanfaat. 😉

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Unshakable Bond: How Musab ibn Umair’s Loyalty Teaches Us About Faith and Trust

  إن أنت أكرمت الكريم ملكته وإن أكرمت اللئيم تمردا " A courtesy lent to an upright person wins you his favor forever but a lowly soul will only demand more." - Al Mutanabbi -  I begin with a quote from the poet al-Mutanabbi. I first heard these words from my teacher, who spoke about the importance of loyalty. For a long time, I didn't really think much about this idea. We live in a world where ignorance often seems to be the norm, and where money is so important that true loyalty feels rare and difficult to find. This made me start to wonder about the real meaning of loyalty. Why should a Thoolibul ilm (The seeker of the knowledge) live by this principle? What are the rewards of being loyal, both in this world and the next? Why does Islam emphasize loyalty so much, as seen in the concepts of  al-wala'  (loyalty and allegiance) and  al-bara'  (disavowal and dissociation)? Let me share the inspiring story of Musab ibn Umair, one of the Prophet Muhammad’s...

The Endgame

Pagi ini, Aku mengunjungi salah satu guru ku di tempat biasa beliau mengajar. Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan dengan beliau.  Lalu setelah itu, semua masih berjalan normal. Aku bertemu dengan salah satu peserta tahsin, obrolan singkat, saling sapa, dan kemudian kami saling menuju tujuan masing-masing. Di dalam catatan kegiatanku hari ini, aku akan pergi ke salah satu café terdekat, untuk kemudian menuliskan beberapa planning kedepan.  Tepat di depan toko bitter-sweet, di pertigaan jalan, Aku berusaha belok ke kanan, tiba-tiba motor dari arah kiri, menabrak kendaraanku, sedikit drama tabrakan, dan akhirnya aku terjatuh.  Saat itu waktu terasa pelan, aku bahkan masih mengingat setiap gerakan slowmotion tabrakan tadi. Di posisi yang saat itu sempat terjepit, Aku tidak sempat memikirkan apapun, kecuali berharap beban diatas badanku segera diangkat. Aku berdoa kepada Allah, agar semuanya baik-baik saja.  Kaget. Itu kesan pertama nya.  Semua rasa sakit belu...

Woman's purpose

Setelah mengalami proses memaknai tujuan hidup akhir-akhir ini. Mencari-cari identitas diri, proses percaya dan ragu dengan langkah yang diambil. Tentang tujuan dari sebuah keputusan.  Maka stelah taufik Allah, Allah ajarkan Aku sebuah kesimpulan.  Tujuan besarnya seorang wanita adalah menjadi seorang ibu.  Tujuan besar seorang wanita adalah menjadi seorang istri. Sadari potensi terbesar kita masuk surga nya Allaah. Melalui dua jalur ini. Lantas apalagi yang kita dambakan? Selain menjadi sebaik-baiknya istri dan seorang ibu. Apakah ilmu kita sudah mumpuni untuk ke arah sana? Sesukses apapun karir kita sebagai seorang perempuan. Tetaplah, yang terbaik adlaah menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Melahirkan dan mendidik generasi yang takut kepada Allah, yang memperjuangkan agama Allah, menjadi bagian dari perjuangan Islam.  Tapi kebanyakan kita silau dengan pencapaian-pencapaian dunia yang melalaikan. Sedangkan untuk hal yang prioritas, apa kita sudah mempersiapkan pernik...